Senin, 27 Desember 2010

~DAHSYATNYA PENCIPTAAN MANUSIA ~

Manusia menjadi centre point karena tugas yang diembannya sebagai wakil Tuhan di bumi dan untuk 'meng-islam-kan' semesta. Tugas maha penting ini menimbulkan tanya besar tentang siapa dan apa sesungguhnya manusia dan kaitannya dengan alam semesta. Mulai dari proses penciptaannya, unsur-unsur fisik dan non-fisik, materi dan immateri yang ada dalam dirinya. Sumbangan tulisan dari Agus Mustafa berikut ini bisa memjadi pembuka cakrawala pemahaman tentang manusia. Kita akan diantar melihat dari dekat penciptaan manusia. Diawali dari penciptaan alam semesta untuk memahami existensinya hingga proses detil penciptaan si masterpiece, manusia. Tulisan ini membawa kita dalam perjalanan ke alam makrokosmos dan mikrokosmos dan menemukan rahasia, misteri di balik ciptaan-NYa. Dan kesadaran ketakjuban akhirnya bermuara setidaknya pada pernyataan berikut :

"Jadi akhir dari perjalanan Makrokosmos ke luar angkasa itu ternyata hanya akan mempertemukan kita dengan kegelapan tiada bertepi, seluas miliaran tahun cahaya. Sebaliknya, perjalanan ke mikrokosmos juga ternyata berakhir dengan kegelapan yang tidak ada batasnya, sampai mendekati ketiadaan di ukuran nol ruang alam mikro..!"

Ke luar angkasa luas bertemu dengan Misteri yang sangat mencengangkan, ke dalam alam mikro juga bertemu dengan Misteri yang menggiriskan. Kesana bertemu ’Kegelapan’ dan ketidak-tahuan, kesini bertemu ’Kegelapan’ dan ketidak-mengertian. Menjauh bertemu dengan ’Kekosongan’, dan mendekat juga bertemu dengan ’Kekosongan’.
====================================
MELIHAT LEBIH DEKAT (1), 24 Desember 2010 20:26
~ MENCOBA MEMAHAMI EKSISTENSI SEMESTA~
Ada sebuah film presentasi yang menunjukkan bahwa ternyata manusia hanyalah sebutir debu dalam eksistensi alam semesta. Sebuah kamera dipasang mengarah ke sosok manusia pada jarak 1 meter. Maka, sosok manusia itu pun kelihatan cukup besar di dalam monitor kamera. Closed up. Lantas, kamera itu dijauhkan perlahan ke arah angkasa, secara terus menerus.

Pada jarak 10 meter, sosok manusia itu tidak lagi mendominasi layar monitor. Selain si manusia, ternyata kelihatanlah pemandangan di sekitarnya. Ada batu, pohon, kursi, dan taman. Lantas, kamera itu dijauhkan lagi menjadi setinggi 100 meter. Sang manusia menjadi kelihatan semakin kecil, berada di dalam sebuah taman yang besar. Yang lebih dominan adalah pepohonan dan benda-benda besar di sekitarnya.

Pada jarak 1000 meter alias 1 km, sosok manusia itu mulai tidak jelas. Hanya terlihat sebagai bintik kecil yang bergerak-gerak. Dan tamannya pun mulai kelihatan kecil pula. Yang mulai kelihatan dominan adalah kawasan kota. Kemudian, kamera ditarik menjauh lagi ke angkasa. Pada jarak 10 km, kawasan itu pun menjadi semakin kecil. Yang tampak adalah sebuah kota dengan permukimannya. Sedangkan sang manusia, sudah tidak kelihatan lagi...!

Jika kamera itu terus dinaikkan ke angkasa, pada jarak 1000 km, kamera sudah berada di lapisan paling luar atmosfer Bumi. Yang kelihatan di layar monitornya adalah permukaan planet Bumi yang melengkung. Dan, seterusnya semakin jauh, yang kelihatan adalah planet Bumi beserta satelitnya, yakni Bulan.

Kemudian berturut-turut, semakin jauh kamera, akan kelihatan tata surya yang berisi delapan planet dengan lintasan orbitnya dan berbagai satelit, asteroid, dan bebatuan angkasa. Lantas, kelihatanlah matahari sebagai pusatnya. Dan bintang-bintang yang bertaburan berjumlah miliaran. Yang ketika semakin jauh, akan kelihatan sebagai bintik-bintik cahaya terang dalam kegelapan alam semesta. Berkelap-kelip di dalam jagad raya yang tak kelihatan batasnya.

Semakin menjauh, di jarak sekitar 1000.000.000.000.000.000 Km (10^18 km), kelihatanlah galaksi Bima Sakti. Yakni gerombolan matahari, dimana tatasurya dan Bumi kita berada. Dimana, sosok manusia yang kita amati tersebut telah ’terlupakan’ karena sudah tak ada bekasnya. Sudah lenyap dari pandangan mata. Teruskanlah, kamera semakin menjauh ke kedalaman langit, pada jarak 100.000.000.000.000.000.000 (10^20 Km) dan selebihnya, yang terlihat adalah samudera kegelapan alam semesta yang cuma berisi bintik-bintik cahaya disana-sini, yang kita kenal sebagai bintang atau pun gugusan bintang atau pun galaksi-galaksi yang berkedap-kedip lemah.

Ternyata kawasan gelap alam semesta demikian luasnya. Jauh lebih luas dibandingkan kawasan terangnya. Dengan kata lain, misteri kegelapan realitas ini jauh lebih dahsyat tak terukur dibandingkan dengan segala yang sudah diketahui oleh manusia. Ya, ternyata alam semesta lebih didominasi oleh ’kegelapan malam’ dibandingkan terangnya cahaya...

Sekarang, marilah kameranya kita gerakkan mendekat kembali ke Bumi. Maka, secara berurutan kita akan melihat benda-benda yang kita tinggalkan tadi mendekat kembali. Kelihatanlah miliaran galaksi dalam jarak yang semakin dekat. Kemudian muncul galaksi Bima Sakti. Disusul gerombolan tatasurya, planet-planet dan satelitnya. Dan akhirnya sampai di bagian luar planet Bumi.

Kamera terus mendekat pada jarak 1000 km, saat ia berada di bagian luar atmosfer. Terus mendekat sejarak 100 km, 10 km, 1 km, 10 meter, dan akhirnya 1 meter, dimana sosok manusia terlihat closed up kembali...

Tapi, jangan berhenti. Dekatkan terus kamera itu ke arah sosok manusia tersebut, sehingga berjarak 10 cm. Apakah yang terlihat? Jika resolusi lensanya sangat bagus, Anda akan bisa melihat permukaan kasar kulit manusia. Pori-porinya dan bulu-bulu rambut di permukaan kulitnya.

Dekatkan lagi, pada jarak 1 cm. Maka, pori-porinya akan semakin kelihatan jelas. Dan keriput-keriput kulit kita terlihat demikian gamblang. Dekatkan lagi sejarak 1 mm. Jika lensanya didesain beresolusi sangat tinggi, akan kelihatan jaringan sel-sel tubuh kita. Mendekatlah sampai sejarak 10^(-4) meter alias 1/10.000 meter alias 100 micron akan semakin jelas ’betapa jeleknya’ kulit kita yang kelihatan halus itu. Dan kemudian kita akan mulai bisa melihat sel-sel tubuh kita sendiri.

Pada jarak 1 micron alias 1/sejuta meter akan kelihatan isi selnya. Bahkan mulai kelihatan pilinan-pilinan chromosom dan untai genetika. Itu berlangsung sampai sejarak 10^(-8) alias 100 angstroms. Jika kita mendekat lagi sampai sejarak 10 angstroms, mulai kelihatan gerombolan molekul-molekul penyusun sel. Dan pada jarak yang lebih dekat lagi sampai 0,01 Angstrom kita akan bertemu dengan atom-atom yang memiliki ruang-ruang gelap antar-orbit elektronnya. Mirip saat berada di luar angkasa, di jarak antar-planet, bintang dan galaksi.

Lebih dekat dari itu, pada jarak 0,001 A, kita mulai bisa melihat isi atom yang terdiri dari partikel-partikel subatomik. Semakin mendekati, di jarak 0,0001 A, kita akan bertemu dengan penyusun inti atom seperti proton, neutron, dan berbagai partikel elementer lainnya. Jika diteruskan lagi lebih dekat dari 0,00001 A, maka yang tampak hanyalah kegelapan alam mikrokosmos. Persis seperti kegelapan alam makrokosmos di luar angkasa sana.

Jadi, akhir dari perjalanan Makrokosmos ke luar angkasa itu ternyata hanya akan mempertemukan kita dengan kegelapan tiada bertepi, seluas miliaran tahun cahaya. Sebaliknya, perjalanan ke mikrokosmos juga ternyata berakhir dengan kegelapan yang tidak ada batasnya, sampai mendekati ketiadaan di ukuran nol ruang alam mikro..!

Ke luar angkasa luas bertemu dengan Misteri yang sangat mencengangkan, ke dalam alam mikro juga bertemu dengan Misteri yang menggiriskan. Kesana bertemu ’Kegelapan’ dan ketidak-tahuan, kesini bertemu ’Kegelapan’ dan ketidak-mengertian. Menjauh bertemu dengan ’Kekosongan’, dan mendekat juga bertemu dengan ’Kekosongan’.

Dan di sepanjang perjalanan dari ’Kekosongan’ menuju ’Kekosongan’ itu kita menemukan ’Isi’ alam semesta yang teratur demikian rapi, dalam keseimbangan dan harmoni yang tiada terkira indahnya. Oh, siapakah Dia yang sedang ’bermain-main’ mengisi segala kekosongan realitas alam semesta ini? Dimana Dia sedang menunjukkan kedahsyatan Kekuasaan yang tiada terkira. Dialah Sang Maha Berilmu lagi Maha Bijaksana: Allah Azza wajalla...

QS. Al Mulk (67): 3-4
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak harmonis?



Kemudian cermatilah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat, bahkan penglihatanmu akan kembali dalam keadaan yang meletihkan.

QS.Adz Dzaariyat (51): 20-21
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (eksistensi Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

QS. Al Infithaar (82): 6-7
Hai manusia, apakah yang telah membuatmu ingkar terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu demikian harmonis?

MELIHAT LEBIH DEKAT (2), 25 Desember 2010 18:03
~ DILARANG SYIRIK, DIPERINTAH SYIAR ~
Perbuatan yang paling ‘dibenci’ Allah adalah syirik alias menyekutukan Allah dengan Tuhan lain. Dalam Al Qur’an perbuatan syirik disebut sebagai dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah. Kecuali, pelakunya bertaubat dan kemudian hanya bertuhan kepada Allah saja.

Maka, orang-orang musyrik yang dulu menyembah berhala di zaman jahiliyah pun, ketika kemudian bertuhan kepada Allah, mereka memperoleh ampunan dari Sang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Artinya, tidak diampuninya dosa syirik itu adalah ketika seseorang masih terus melakukan atau sedang menjalankannya. Jika sudah tidak lagi, tentu saja akan diampuni-Nya, karena Dia adalah Dzat yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

QS. Al Furqaan (25): 70
kecuali orang-orang yang bertaubat (dari kemusyrikannya), beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS. Al Israa’ (17): 25
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.

Pada hakekatnya, seluruh proses keberagamaan seorang manusia adalah beranjak dari musyrik menuju muslim. Musyrik itu menyekutukan Allah, sedangkan muslim adalah berserah diri hanya kepada-Nya. Persis seperti yang diucapkan oleh nabi Ibrahim sebagai The Founding Father agama Islam, yang kemudian kita abadikan dalam shalat.

QS. Al An’aam (6): 103
Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama muslim (berserah diri kepada Allah)".

Bentuk kemusryikan sungguh sangat beragam. Ada yang musyrik dengan cara menyembah patung berhala. Ada yang musyrik dengan menjadikan manusia dan malaikat sebagai bagian dari unsur ketuhanan. Ada yang musyrik dengan menjadikan harta benda, kekuasaan, dan segala kepentingannya sebagai ‘tuhan-tuhan’ yang tak dinamainya tuhan, tetapi pada prakteknya dia telah bertuhan kepada segala macam selain Allah itu.

Setiap kita sebenarnya memiliki kadar kemusyrikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Dan itu tidak akan diampuni-Nya ketika kita tidak segera beranjak menuju muslim sejati. Cobalah tanyakan pada diri sendiri: sudahkah Anda benar-benar terbebas dari kemusyrikan? Dan sudah bisa berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menjalani hidup ini? Dalam suka maupun duka?

Ketika harta benda Anda ludes dimakan api misalnya, dan seluruh tabungan di bank lenyap karena banknya bangkrut, gemetarkah Anda? Putus harapankah Anda? Ataukah bisa bertawakal dan berserah diri kepada-Nya?
Ketika orang yang sangat Anda cintai, tiba-tiba pergi meninggalkan Anda untuk selamanya, lemaskah persendian tubuh Anda, larut dalam kesedihan yang mendalam dan putus asa? Ataukah bisa bersabar dan bersandar kepada-Nya?

Ketika segala fasilitas dan kenyamanan yang Anda nikmati sekarang tiba-tiba runtuh, merasa habiskah Anda? Ataukah, masih bisa terus tersenyum sambil bekerja keras kembali di jalan Allah, Sang Pemurah..?

Jawabannya akan menggambarkan seberapa besar tingkat kemusyrikan kita kepada Allah. Semakin merasa kehilangan atas segala sesuatu itu, maka semakin besar rasa kebergantungan kita kepada ’tuhan’ selain Allah. Semakin musyriklah kita. Sebaliknya, semakin tawakal dan sabar dalam menghadapi segala permainan hidup ini, semakin besar pula keyakinan kita kepada-Nya, insya Allah telah bertauhid secara lebih sempurna. Berarti, kita telah berhasil menerapkan makna laa ilaaha illallaah dalam hidup, bahwa ’’tiada sesuatu pun yang layak dijadikan sebagai tempat bergantung, kecuali Allah...’’

Insya Allah kita semua sudah paham dengan substansi tauhid. Bahwa kita dilarang melakukan kemusyrikan dalam bentuk apa pun, sekecil apa pun, karena yang demikian itu bisa mengotori penghambaan kita kepada Allah.

Akan tetapi perintah bertauhid atau larangan syirik ini tidak berdiri sendiri. Allah juga memerintahkan kita untuk melakukan syiar. Dua hal ini ~ bertauhid dan bersyiar ~ bagaikan dua sisi yang berbeda dalam satu keping mata uang yang sama. Seluruh nabi dan utusan Allah perintah utamanya hanya dua, yakni: ’’ajak manusia untuk bertauhid, dengan cara syiar yang baik...’’. Keduanya dilakukan dalam ’satu tarikan nafas’.

Lantas siapakah yang harus kita syiari? Apakah umat Islam saja? Ataukah seluruh umat manusia? Dengan mudah kita bisa mengetahui jawabannya, dari pertanyaan ini: untuk siapakah al Qur’an diturunkan dan untuk siapakah Nabi Muhammad diutus? Apakah untuk umat Islam saja, ataukah untuk seluruh manusia? Juga, untuk siapakah misi rahmatan lil alamin ini diwahyukan? Untuk umat Islam saja ataukah untuk seluruh manusia?

QS. An Nisaa’ (4): 174
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).

QS. Al Anbiyaa’ (21): 107
Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Ternyata, Allah menjawab dengan sangat gamblang di dalam firman-firman-Nya, bahwa misi Rasulullah dan Al Qur’an adalah untuk menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia. Bahkan seluruh alam. Berarti, Islam harus disyiarkan kepada siapa saja. Bukan hanya kepada umat Islam. Justru yang belum Islam. Yang belum berserah diri kepada Allah. Yang belum bertuhan kepada-Nya. Yang belum mengakui Tuhan sesungguhnya, Sang Penguasa alam semesta.

Lantas bagaimana caranya? Apakah dengan cara memusuhi mereka yang belum Islam? Apakah harus membuat gap psikologis yang tidak perlu? Apakah dengan menjelek-jelekkan siapa saja yang belum bertuhan kepada Allah? Apakah dengan menjauhi mereka?

Ataukah sebaliknya? Dengan menunjukkan kehangatan dalam persahabatan. Dengan menunjukkan kepemaafan. Dengan menunjukkan sifat suka menolong dan berbuat kebajikan. Dengan memberikan teladan yang baik dalam kehidupan. Dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal dan bisa diterima semua pihak secara terbuka.
Sungguh akan menjadi ’sangat aneh’, kalau kita ingin syiar tapi sambil terus membuat gap psikologis, membangun sikap permusuhan, dan menjauhi orang-orang yang ingin kita syiari...(?)

Bukankah, Rasulullah pun malah mendoakan orang-orang musyrik agar mereka menjadi muslim? Dan doa Rasulullah itu dikabulkan Allah. Maka, Umar bin Khaththab dan Hamzah yang tokoh musyrikin Quraisy pun masuk Islam. Bahkan menjadi pahlawan Islam yang luar biasa tangguhnya.
Larangan berdoa untuk kaum musyrikin itu adalah memohonkan ampunan, saat mereka masih berbuat kemusyrikan. Ya tentu saja. Lha wong mereka tidak bertuhan kepada Allah, kok dimintakan ampun kepada Allah. Musy ma’ul kata orang Mesir, alias nggak masuk akal. Tentu saja Allah tidak akan mengampuninya, karena mereka kan memang tidak bertuhan kepada-Nya? Maka kita menjadi paham, ketika Allah mengingatkan para nabi yang karena kelembutannya masih memohonkan ampunan buat mereka. Yakni, Nabi Ibrahim terhadap ayahnya, Nabi Nuh terhadap anaknya, dan nabi Muhammad terhadap pamannya.
Akan tetapi, bagi para penyembah berhala yang sudah menjalankan Tauhid dengan sebenar-benarnya ~ hanya bertuhan kepada Allah ~ sungguh ampunan Allah sedang menunggu mereka di depan pintu surga...
Maka, dalam konteks ini marilah kita tebarkan semangat rahmatan lil alamin setulus-tulusnya bagi seluruh umat manusia. Bukan hanya kepada saudara-saudara kita yang muslim. Melainkan juga kepada kawan-kawan dan sahabat-sahabat kita yang belum Islam. Seluruh umat manusia. Sambil terus berdoa kepada Allah mudah-mudahan umat akhir zaman ini mendapat petunjuk dari Allah Sang Maha Bijaksana untuk bertuhan hanya kepada Sang Penguasa sejati: Allah azza wajalla...
Bisa kan, kita menyiarkan agama rahmatan lil alamin ini tanpa harus mengorbankan ketauhidan? Kecuali, kalau kita belum yakin betul siapa Tuhan sejati Penguasa Jagat Raya yang hebat ini ... :)
QS. Al Hajj (22): 67
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka tidak sepantasnya mereka berbantahan denganmu dalam urusan ini. Dan serulah mereka kepada Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.
QS. Asy Syuura (42): 15
Maka dari itu, serulah (mereka ke jalan Allah) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) bakal kembali"

QS. Ali Imran (3): 159
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Kapankah penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu mulai berlangsung? Ternyata, peristiwa dahsyat itu dimulai saat sel spermatozoa sang ayah bertemu dengan sel telur sang ibu di dalam sebuah lorong gelap saluran tuba falopii. Saluran yang ada di kanan kiri perut bagian bawah seorang ibu itu adalah sebuah kanal yang menghubungkan ’sarang telur’ yang disebut ovarium dengan ’rahim’, dimana cikal bakal manusia akan ’ditumbuhkan’ oleh Sang Pencipta.

Pertemuan sel telur dengan spermatozoa merupakan sebuah drama yang sangat mengagumkan. Sebuah peristiwa yang menjadi permulaan drama panjang kehidupan seorang manusia di muka Bumi. Sebuah peristiwa multikompleks dimana sebagian takdir seorang manusia ditetapkan oleh Sang Pencipta dalam bentuk qadar. Misalnya, jenis kelaminnya, kekuatan organ-organ tubuhnya, jenis rambut dan kulitnya, warna bola matanya, bakat-bakatnya, dan sebagainya. Selebihnya, Allah memberikan sebagian sifat ’Maha Berkehendak-Nya’ kepada sang manusia untuk mengusahakan sendiri takdirnya di alam dunia.

Pra-penciptaan manusia itu dimulai dengan lepasnya spermatozoa sang ayah dari ’sarangnya’ untuk dipertemukan dengan ovum sang ibu yang juga terlepas dari ’sarangnya’. Agar bisa bertemu dengan sel telur, jutaan spermatozoa dari seorang ayah harus menempuh perjalanan panjang sekitar 10 jam. Mulai dari bagian paling luar organ reproduksi wanita, sampai di jarak sepertiga dari sarang telur sang ibu. Kira-kira, setara dengan perjalanan naik mobil dari Surabaya ke Jakarta.

Jika jutaan spermatozoa itu ’kecapaian’ dan tidak bisa mencapai posisi sel telur ibu, maka kandaslah proses penciptaan manusia itu. Misalnya, karena daya vitalitasnya memang rendah. Atau dihalangi oleh alat kontrasepsi. Atau, barangkali ’tersesat’ karena ada kelainan struktur organ sang ibu.

Dalam keadaan normal, sel spermatozoa yang berjumlah jutaan dan berbentuk kayak kecebong kecil dengan ekor yang bergetar-getar itu seperti punya radar untuk menuju ke sarang telur sang ibu. Tidak tersesat. Meskipun sebagiannya boleh jadi ’gugur’ di tengah jalan. Bagi yang bisa melintasi ruangan rahim, mereka akan terus melaju memasuki lorong gelap tuba falopii, dan kemudian terjadi pertemuan bersejarah yang meleburkan spermatozoa dan sel telur disana. Walaupun jumlahnya jutaan, yang berhasil membuahi sel telur biasanya hanya satu saja. Kecuali, terjadi proses anomali sehingga terbentuk pembelahan sel kembar dikarenakan ada sejumlah sel bibit ayah yang berhasil menerobos masuk ke dalam sel telur.

Sejak pertemuan itulah proses penciptaan manusia berlangsung, dengan pentahapan yang sangat dramatis. Dari satu telur induk hasil leburan itu, lantas membelah menjadi dua, menjadi empat, delapan, enam belas, tiga puluh dua, dan seterusnya, sampai bertiliun-triliun, hanya dalam waktu sekitar 9 bulan saja.

Yang aneh, sambil membelah menjadi triliunan sel, setiap sel yang sebenarnya identik itu seperti ada yang mengomando untuk menjadi sel-sel yang berbeda posisi dan karakter. Ada yang menjadi sel darah, sel tulang, sel daging, sel jantung, sel hati, sel usus, sel liver, ginjal, paru, mata, otak, kulit, kelenjar-kelenjar, dan seterusnya, dan sebagainya, sampai mencapai sekitar 200 jenis sel dalam tubuh manusia dewasa. Bisakah Anda bayangkan jika sel-sel itu salah menerjemahkan perintah? Misalnya, mestinya membentuk sel jantung, keliru menjadi sel mata atau sel kulit atau sel tulang. Tentu akan menjadi masalah besar bagi sang janin.

Mereka lantas berkelompok-kelompok membentuk jaringan sel yang saling berkoordinasi. Dimulai dari sejumlah sel yang berkoordinasi membentuk sel-sel embrionik, yang menjadi cikal bakal bayi. Proses ini berlangsung selama beberapa hari pertama, sel induk yang melebur di dalam saluran falopii itu pun membelah sambil bergerak turun menuju rahim. Sesampai di rahim, ia mencari tempat menempel di dinding ruang pembiakan itu. Dan kemudian melekat sambil mengeluarkan ‘akar-akar’ yang menancap di dinding rahim, agar ia bisa menyerap sari-sari makanan untuk tumbuh dan berkembang.

Fase ini oleh al Qur’an disebut sebagai ‘Alaqah’ alias ‘yang menempel’ atau ’melekat’ di dinding rahim. Ada yang menyebut ini sebagai segumpal darah. Sebenarnya itu terjemahan yang kurang tepat. Karena, alaqah memang berbeda dengan sel-sel darah. Meskipun secara mata awam mirip dengan darah yang menggumpal. Seperti terlihat pada ibu yang sedang mengalami keguguran.

’Alaqah adalah kumpulan sel-sel ’primitif’ yang dikenal sebagai sel embrionik alias stem sel. Dari sel-sel embrionik inilah kemudian tubuh calon manusia itu terbentuk menjadi lebih spesifik. Yakni, membentuk gumpalan daging yang kelak akan berkembang menjadi kulit bagian luar, bagian dalam, dan sejumlah organ dalam.

Setelah itu, bermunculanlah tulang-tulang rawan di dalam gumpalan daging itu. Dalam waktu yang bersamaan, gumpalan daging dan tulang belulang itu memanjang ke arah atas dan bawah, sehingga membentuk kepala, tubuh, kaki, dan tangan. Sementara di bagian dalamnya terus membentuk organ-organ dalam yang semakin kompleks. Dan tulang belulang yang semakin mengeras itu pun dibungkus dengan otot-otot sebagai penggeraknya. Akhirnya, terbentuklah tubuh manusia dengan sangat menakjubkan.

QS. Al Mukminun (23): 12-14, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani dalam tempat yang kokoh. Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqoh, lalu alaqoh itu Kami jadikan gumpalan daging dan (di dalam) gumpalan daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging (otot-otot). Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Ayat diatas bercerita tentang proses penciptaan manusia dimana bahan-bahan dasar tubuh manusia disarikan dari zat-zat organik dalam tanah. Tetumbuhanlah yang ’bertugas’ menyerap saripati tanah itu, lantas diubah menjadi buah, daun, biji-bijian, dan umbi yang dimakan manusia. Kemudian, sebagiannya dicerna dan diproses menjadi sperma pada laki-laki dan sel telur pada perempuan, yang disimpan di dalam sarang yang aman. Setelah itu, prosesnya mengikuti tahapan-tahapan di atas, sampai terbentuk makhluk bernama manusia yang sama sekali berbeda dengan bahan-bahan dasarnya itu.

Allah menyebut manusia sebagai makhluk yang memiliki bentuk sebaik-baiknya. Di dalamnya ada jiwa yang disempurnakan. Dan, kepadanya ditiupkan ruh saat penciptaanya. Kapankah jiwa dan ruh itu terbentuk? Apakah bersamaan dengan badan yang diciptakan secara bertahap sebagaimana diceritakan diatas? Ataukah sebelum ada badan sudah ada jiwa dan ruh? Dan konon mereka sudah bersyahadat? Siapakah yang bersyahadat itu dan kapan? Kenapa kita tidak ingat?

Kita bisa menelusurinya lewat proses penciptaan itu di data-data kedokteran, sekaligus melakukan cross-check secara Qur’ani.

1. Bahwa permulaan kehidupan manusia adalah saat bertemunya spermatozoa dengan ovum. Masa sebelum itu, manusia disebut sebagai belum berbentuk apa-apa. Badannya belum terbentuk, jiwanya belum terbentuk, ruh-Nya belum ditiupkan. Menurut istilah ayat di bawah ini, saat itu manusia berbentuk makhluk yang ’belum bisa disebut’. Barulah setelah itu, Allah bercerita bahwa manusia diciptakan dengan cara mencampurkan air mani (dari laki-laki dan perempuan).

QS. Al Insaan (76): 1-2, Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang bisa disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

2. Data kedokteran menunjukkan bahwa kehidupan janin sudah dimulai pada hari pertama, sejak bertemunya bibit ayah dan ibu. Sejak itu pula embrio manusia sudah bertumbuh menunjukkan kehidupan. Ada yang tumbuh sempurna, ada pula yang tumbuh tidak sempurna. Tetapi, sudah hidup. Karena itu, bisa bertumbuh. Sehingga kalau digugurkan, itu sudah berarti membunuh cikal bakal manusia. Berapa pun umur kandungannya.

Jangankan 4 bulan alias 120 hari, pada usia kandungan 60 hari saja janin sudah memiliki organ lengkap, mulai dari kepala, badan, tangan, hingga kaki. Ukurannya memang masih 2,5 cm tetapi sudah hidup dan bergerak. Usia kehamilan berikutnya, hanya tinggal menyempurnakan belaka. Tulang belulangnya dipanjangkan dan disempurnakan. Organ-organ dalamnya dibesarkan dan disempurnakan. Otaknya disempurnakan. Panca inderanya disempurnakan, dan seterusnya. Tetapi, pendengaran dan penglihatannya sudah mulai terbentuk, bahkan pada usia kehamilan sekitar 40-an hari. Demikian pula jenis kelaminnya sudah terdeteksi pada usia kehamilan 40-an hari.

Betapa salah kaprahnya dokter yang berani menggugurkan kehamilan pada usia kehamilan diatas itu, tanpa alasan yang benar..! Bahkah, ketika saya diundang dalam sebuah forum ilmiah di Fakultas Kedokteran Unair Surabaya tentang ini, saya mengatakan, janin itu sebenarnya sudah hidup sejak saat awal terbentuknya stem sel alias sel induk, di hari pertama. Dan ternyata, sejumlah guru besar yang hadir menyatakan sependapat.

3. Sebagian Ruh Allah telah ditiupkan ke embrio yang menjadi cikal bakal manusia sejak hari pertama. Dan karena itu, sang embrio menjadi hidup, dan terus berkembang menjadi makhluk yang lebih sempurna. Apakah ruh sudah ada sebelum embrio terbentuk? Tentu saja, karena ruh adalah ’sebagian’ dari eksistensi ilahiah. Ruh bukan diciptakan, melainkan ’ditiupkan’ alias ’ditularkan’ belaka. Dan ruh setiap manusia adalah sama. Ruh yang ada di dalam diri saya dan diri Anda adalah sama, yakni sifat-sifat ketuhanan yang ditularkan kepada manusia, sehingga ia menjadi hidup, berkehendak, melihat, mendengar, berkata-kata, dan seterusnya. Semua itu tertulari oleh sifat Allah yang Maha Hidup, Maha Berkehendak, Maha mendengar, Maha Melihat, Maha Berkata-kata, dan seterusnya.

4. Yang berbeda pada setiap manusia bukanlah ruh, melainkan jiwa. Dalam al Qur’an disebut sebagai nafs (tunggal) atau anfus (jamak). Nah, jiwa ini diciptakan oleh-Nya bersamaan dengan badan. Dan menyempurna seiring dengan menyempurnanya badan. Khususnya otak. Semakin sempurna fungsi otaknya, semakin sempurna pula fungsi jiwanya. Sebaliknya, semakin tidak sempurna otaknya, semakin tidak sempurna pula jiwanya. Dan jiwa inilah yang bersyahadat pada saat awal proses penciptaan. Sebagaimana ayat berikut ini.

QS. Al A’raaf (7): 172

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari tulang belakang mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa (anfus) mereka: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul, kami bersaksi". (Yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai terhadap ini."

Lantas kenapa kita tidak ingat bahwa kita sudah bersaksi? Tentu saja, karena ingatan manusia belum terbentuk waktu itu. Karena otak juga belum terbentuk. Sehingga, memori atas syahadat kita itu tidak terekam di dalam ingatan otak melainkan terekam di dalam genetika kita. Bukankah waktu itu yang ada hanya sebuah sel hasil peleburan spermatozoa dan ovum? Dan di dalam sel induk yang sudah ditiupi ruh itu baru ada jiwa yang sangat primitif yang belum punya perangkat memori seperti jiwa yang sudah sempurna.

Maka seiring dengan berkembangnya tubuh janin, berkembang pula jiwa kemanusiaan yang semakin menyempurna. Syahadat dari jiwa yang primitif itu pun menyebar ke seantero tubuh dan jiwa yang kian mendewasa. Meskipun kita ’tidak ingat’ lagi tetang syahadat kita ’dengan otak’, tetapi kita bisa ’merasakan’ dalam seluruh tubuh dan jiwa secara instinktif. Bahwa di dalam diri dan diluar diri kita ini sebenarnya ada ’Sebuah Kekuatan’ Maha Besar yang sudah inheren dalam kehidupan. Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk manusia di dalamnya.

Kenapa bisa demikian? Karena memang itulah fitrah manusia, makhluk ciptaan-Nya yang sedang mencari jalan kembali kepada Sang Pencipta: Allah Azza wajalla...

QS. Az Zukhruf (43): 9, Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka (siapa pun): "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", pasti mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".

QS. Ar Ruum (30): 30, Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Inilah) agama yang lurus; sayang kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Wallahu a’lam bishshawab

~ salam ~

Sumber:

Minggu, 26 Desember 2010

Memahami Manusia

Penunjukkan manusia, sebagai pengemban amanah ketuhanan merupakan hak prerogatif Sang Khaliq. Hal ini menjadikan manusia sebagai makhluk luar biasa. Agar tidak salah menerima dan menjalankan titah-NYa, perlu kiranya pemaham mengenai 'MANUSIA' seutuhnya. Banyak literatur mendeskripsikan tentang apa, siapa dan bagaimana manusia sebetulnya. Wikipedia misalnya mencoba menjelaskan manusia dari berbagai sisi dan tinjauan, mulai dari ciri-cirinya, budaya, individu, suku, masyarakat hingga peradabannya.

Berdasarkan referensi dari Jablonski, N.G. & Chaplin, G. "Evolusi pewarnaan kulit manusia." Catatan Teratur Evolusi Manusia 39 (2000) 57-106 serta dari Robins, A.H. Perspektif Biologis pada Pigmentasi Manusia. Cambridge University Press, 1991, wikipedia menguraikan tentang manusia seperti berikut ini :
Manusia
atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.

Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.

Tokoh adalah istilah untuk orang yang tenar (misalnya 'tokoh politik', 'tokoh yang tampil dalam film', 'tokoh yang menerima penghargaan', dll).

Ciri-ciri Fisik

Dalam biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi. Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens. Satu-satunya subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens ini adalah Homo sapiens sapiens. Mereka biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna. Dengan ada nya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari jempol (ibu jari).

Rata-rata tinggi badan perempuan dewasa Amerika adalah 162 cm (64 inci) dan rata-rata berat 62 kg (137 pound). Pria umumnya lebih besar: 175 cm (69 inci) dan 78 kilogram (172 pound). Tentu saja angka tersebut hanya rata rata, bentuk fisik manusia sangat bervariasi, tergantung pada faktor tempat dan sejarah. Meskipun ukuran tubuh umumnya dipengaruhi faktor keturunan, faktor lingkungan dan kebudayaan juga dapat mempengaruhinya, seperti gizi makanan.

Anak manusia lahir setelah sembilan bulan dalam masa kandungan, dengan berat pada umumnya 3-4 kilogram (6-9 pound) dan 50-60 centimeter (20-24 inci) tingginya. Tak berdaya saat kelahiran, mereka terus bertumbuh selama beberapa tahun, umumnya mencapai kematangan seksual pada sekitar umur 12-15 tahun. Anak laki-laki masih akan terus tumbuh selama beberapa tahun setelah ini, biasanya pertumbuhan tersebut akan berhenti pada umur sekitar 18 tahun.


Warna kulit manusia bervariasi dari hampir hitam hingga putih kemerahan. Secara umum, orang dengan nenek moyang yang berasal dari daerah yang terik mempunyai kulit lebih hitam dibandingkan dengan orang yang bernenek-moyang dari daerah yang hanya mendapat sedikit sinar matahari. (Namun, hal ini tentu saja bukan patokan mutlak, ada orang yang mempunyai nenek moyang yang berasal dari daerah terik dan kurang terik; dan orang-orang tersebut dapat memiliki warna kulit berbeda dalam lingkup spektrumnya.) Rata-rata, wanita memiliki kulit yang sedikit lebih terang daripada pria.

Perkiraan panjang umur manusia pada kelahiran mendekati 80 tahun di negara-negara makmur, hal ini bisa tercapai berkat bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah orang yang berumur seratus tahun ke atas di dunia diperkirakan berjumlah [1] sekitar 50,000 pada tahun 2003. Rentang hidup maksimal manusia diperhitungkan sekitar 120 tahun.

Sementara banyak spesies lain yang punah, Manusia dapat tetap eksis dan berkembang sampai sekarang. Keberhasilan mereka disebabkan oleh daya intelektualnya yang tinggi, tetapi mereka juga mempunyai kekurangan fisik. Manusia cenderung menderita obesitas lebih dari primata lainnya. Hal ini sebagian besar disebabkan karena manusia mampu memproduksi lemak tubuh lebih banyak daripada keluarga primata lain. Karena manusia merupakan bipedal semata (hanya wajar menggunakan dua kaki untuk berjalan), daerah pinggul dan tulang punggung juga cenderung menjadi rapuh, menyebabkan kesulitan dalam bergerak pada usia lanjut. Juga, manusia perempuan menderita kerumitan melahirkan anak yang relatif (kesakitan karena melahirkan hingga 24 jam tidaklah umum). Sebelum abad ke-20, melahirkan merupakan siksaan berbahaya bagi beberapa wanita, dan masih terjadi di beberapa lokasi terpencil atau daerah yang tak berkembang di dunia saat ini.

Ciri-ciri Mental

Banyak manusia menganggap dirinya organisme terpintar dalam kerajaan hewan, meski ada perdebatan apakah cetaceans seperti lumba-lumba dapat saja mempunyai intelektual sebanding. Tentunya, manusia adalah satu-satunya hewan yang terbukti berteknologi tinggi. Manusia memiliki perbandingan massa otak dengan tubuh terbesar di antara semua hewan besar (Lumba-lumba memiliki yang kedua terbesar; hiu memiliki yang terbesar untuk ikan; dan gurita memiliki yang tertinggi untuk invertebrata). Meski bukanlah pengukuran mutlak (sebab massa otak minimum penting untuk fungsi "berumahtangga" tertentu), perbandingan massa otak dengan tubuh memang memberikan petunjuk baik dari intelektual relatif. (Carl Sagan, The Dragons of Eden, 38)

Kemampuan manusia untuk mengenali bayangannya dalam cermin, merupakan salah satu hal yang jarang di temui dalam kerajaan hewan. Manusia adalah satu dari empat spesies yang lulus tes cermin untuk pengenalan pantulan diri - yang lainnya adalah simpanse, orang utan, dan lumba-lumba. Pengujian membuktikan bahwa sebuah simpanse yang sudah bertumbuh sempurna memiliki kemampuan yang hampir sama dengan seorang anak manusia berumur empat tahun untuk mengenali bayangannya di cermin.

Pengenalan pola (mengenali susunan gambar dan warna serta meneladani sifat) merupakan bukti lain bahwa manusia mempunyai mental yang baik.

Kemampuan mental manusia dan kepandaiannya, membuat mereka, menurut Pascal, makhluk tersedih di antara semua hewan. Kemampuan memiliki perasaan, seperti kesedihan atau kebahagiaan, membedakan mereka dari organisme lain, walaupun pernyataan ini sukar dibuktikan menggunakan tes hewan. Keberadaan manusia, menurut sebagian besar ahli filsafat, membentuk dirinya sebagai sumber kebahagiaan.

Lihat pula Berpikir, IQ, Ingatan, Penemuan, IPA, Filsafat, Pengetahuan, Pendidikan, Kesadaran

[sunting] Habitat

Pandangan konvesional dari evolusi manusia menyatakan bahwa manusia berevolusi di lingkungan dataran sabana di Afrika. (lihat Evolusi manusia). Teknologi yang disalurkan melalui kebudayaan telah memungkinkan manusia untuk mendiami semua benua dan beradaptasi dengan semua iklim. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, manusia telah dapat mendiami sementara benua Antartika, mendiami kedalaman samudera, dan ruang angkasa, meskipun pendiaman jangka panjang di lingkungan tersebut belum termasuk sesuatu yang hemat. Manusia, dengan populasi kurang lebih enam milyar jiwa, adalah salah satu dari mamalia terbanyak di dunia.

Sebagian besar manusia (61%) berkediaman di daerah Asia. Mayoritas sisanya berada di Amerika (14%), Afrika (13%) dan Eropa (12%), dengan hanya 0.3% di Australia.

Gaya hidup asli manusia adalah pemburu dan pengumpul, yang diadaptasikan ke sabana, adegan yang disarankan dalam evolusi manusia. Gaya hidup manusia lainnya adalah nomadisme (berpindah tempat; kadang-kadang dihubungkan dengan kumpulan hewan) dan perkampungan menetap yang dimungkinkan oleh pertanian yang baik. Manusia mempunyai daya tahan yang baik untuk memindahkan habitat mereka dengan berbagai alasan, seperti pertanian, pengairan, urbanisasi dan pembangunan, serta kegiatan tambahan untuk hal-hal tersebut, seperti pengangkutan dan produksi barang.

Perkampungan manusia menetap bergantung pada kedekatannya dengan sumber air dan, bergantung pada gaya hidup, sumber daya alam lainnya seperti lahan subur untuk menanam hasil panen dan menggembalakan ternak atau, sesuai dengan musim tersedianya mangsa/makanan. Dengan datangnya infrastruktur perdagangan dan pengangkutan skala besar, kedekatan lokasi dengan sumber daya tersebut telah menjadi tak terlalu penting, dan di banyak tempat faktor ini tak lagi merupakan daya pendorong bertambah atau berkurangnya populasi.

Habitat manusia dalam sistem ekologi tertutup di lingkungan yang tidak akrab dengannya (Antartika, angkasa luar) sangatlah mahal dan umumnya mereka tak dapat tinggal lama, dan hanya untuk tujuan ilmiah, militer, atau ekspedisi industri. Kehidupan di angkasa sangatlah sporadis, dengan maksimal tiga belas manusia di ruang angkasa pada waktu tertentu. Ini adalah akibat langsung dari kerentanan manusia terhadap radiasi ionisasi. Sebelum penerbangan angkasa Yuri Gagarin tahun 1961, semua manusia 'terkurung' di Bumi. Di antara tahun 1969 dan 1974, telah ada dua manusia sekaligus yang menghabiskan waktu singkatnya di Bulan. Sampai tahun 2004, tak ada benda angkasa lain telah dikunjungi manusia. Sampai tahun 2004, telah ada banyak keberadaan manusia di ruang angkasa berkelanjutan sejak peluncuran kru perdana untuk meninggali Stasiun Luar Angkasa Internasional, pada 31 Oktober 2000.

Populasi

Dalam kurun waktu 200 tahun dari 1800 sampai 2000, populasi dunia telah bertambah pesat dari satu hingga enam milyar. Diperkirakan mencapai puncaknya kira-kira sepuluh milyar selama abad ke-21. Sampai 2004, sebuah minoritas yang cukup besar — sekitar 2.5 dari jumlah 6.3 milyar jiwa — tinggal di sekeliling daerah perkotaan. Urbanisasi diperkirakan akan melonjak drastis selama abad ke-21. Polusi, kriminal dan kemiskinan hanyalah beberapa contoh dari masalah yang dihadapi oleh manusia yang tinggal di kota dan pemukiman pinggiran kota.

Asal Mula

Artikel utama: Evolusi manusia

Hewan terdekat dengan manusia yang masih bertahan hidup adalah simpanse; kedua terdekat adalah gorila dan ketiga adalah orang utan. Sangat penting untuk diingat, namun, bahwa manusia hanya mempunyai persamaan populasi nenek moyang dengan hewan ini dan tidak diturunkan langsung dari mereka. Ahli biologi telah membandingkan serantaian pasangan dasar DNA antara manusia dan simpanse, dan memperkirakan perbedaan genetik keseleruhan kurang dari 5% [2]. Telah diperkirakan bahwa garis silsilah manusia bercabang dari simpanse sekitar 5 juta tahun lalu, dan dari gorila sekitar 8 juta tahun lalu. Namun, laporan berita terbaru dari tengkorak hominid berumur kira-kira 7 juta tahun sudah menunjukkan percabangan dari garis silsilah kera, membuat gagasan kuat adanya percabangan awal silsilah tersebut.

Berikut beberapa gejala penting dalam evolusi manusia:

  • perluasan rongga otak dan otak itu sendiri, yang umumnya sekitar 1,400 cm³ dalam ukuran volumnya, dua kali lipat perluasan otak simpanse dan gorila. Beberapa ahli antropologi, namun, mengatakan bahwa alih-alih perluasan otak, penyusunan ulang struktur otak lebih berpengaruh pada bertambahnya kecerdasan.
  • pengurangan gigi taring.
  • penggerak bipedal (dua kaki)
  • perbaikan laring / pangkal tenggorokan (yang memungkinkan penghasilan bunyi kompleks atau dikenal sebagai bahasa vokal).

Bagaimana gejala-gejala ini berhubungan, dengan cara apa mereka telah menyesuaikan diri, dan apa peran mereka dalam evolusi organisasi sosial dan kebudayaan kompleks, merupakan hal-hal penting dalam perdebatan yang berlangsung di antara para ahli antropologi ragawi saat ini.

Selama tahun 1990an, variasi dalam DNA mitochondria manusia diakui sebagai sumber berharga untuk membangun ulang silsilah manusia dan untuk melacak perpindahan manusia awal. Berdasarkan perhitungan-perhitungan ini, nenek moyang terakhir yang serupa manusia modern diperkirakan hidup sekitar 150 milenium lalu, dan telah berkembang di luar Africa kurang dari 100.000 tahun lalu. Australia dijelajahi relatif awal, sekitar 70.000 tahun lalu, Eropa +/- 40.000 tahun lalu, dan Amerika pertama didiami secara kasarnya 30.000 tahun lalu, serta kolonisasi kedua di sepanjang Pasifik +/- 15.000 tahun lalu (lihat Perpindahan manusia).

Macam-macam kelompok agama telah menyatakan keberatan atas teori evolusi umat manusia dari sebuah nenek moyang bersama dengan hominoid lainnya. Alhasil, muncullah berbagai perbedaan pendapat, percekcokan, dan kontroversi. Lihat penciptaan, argumen evolusi, dan desain kepandaian untuk melihat pola pikir yang berlawanan.

Kerohanian dan Agama

Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai "orang manusia" terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi agama mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Bagian ini akan merincikan bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan agama.

Animisme

Animisme adalah kepercayaan bahwa obyek dan gagasan termasuk hewan, perkakas, dan fenomena alam mempunyai atau merupakan ekspresi roh hidup. Dalam beberapa pandangan dunia animisme yang ditemukan di kebudayaan pemburu dan pengumpul, manusia sering dianggap (secara kasarnya) sama dengan hewan, tumbuhan, dan kekuatan alam. Sehingga, secara moral merupakan kewajiban untuk memperlakukan benda-benda tersebut secara hormat. Dalam pandangan dunia ini, manusia dianggap sebagai penghuni, atau bagian, dari alam, bukan sebagai yang lebih unggul atau yang terpisah darinya. Dalam kemasyarakatan ini, ritual / upacara agama dianggap penting untuk kelangsungan hidup, karena dapat memenangkan kemurahan hati roh-roh sumber makanan tertentu, roh tempat bermukim, dan kesuburan serta menangkis roh berhati dengki. Dalam ajaran animisme yang berkembang, seperti Shinto, ada sebuah makna yang lebih mendalam bahwa manusia adalah sebuah tokoh istimewa yang memisahkan mereka dari segenap benda dan hewan, sementara masih pula menyisakan pentingnya ritual untuk menjamin keberuntungan, panen yang memuaskan, dan sebagainya.

Kebanyakan sistem kepercayaan animisme memegang erat konsep roh abadi setelah kematian fisik. Dalam beberapa sistem, roh tersebut dipercaya telah beralih ke suatu dunia yang penuh dengan kesenangan, dengan panen yang terus-menerus berkelimpahan atau bahkan permainan yang berlebih-lebih. Sementara di sistem lain (misal: agama Nawajo), roh tinggal di bumi sebagai hantu, seringkali yang berwatak buruk. Kemudian tersisa sistem lain yang menyatukan kedua unsur ini, mempercaya bahwa roh tersebut harus berjalan ke suatu dunia roh tanpa tersesat dan menggeluyur sebagai hantu. Upacara pemakaman, berkabung dan penyembahan nenek moyang diselenggarakan oleh sanak yang masih hidup, keturunannya, sering dianggap perlu untuk keberhasilan penyelesaian perjalanan tersebut.

Ritual dalam kebudayaan animisme sering dipentaskan oleh dukun atau imam (cenayang), yang biasanya tampak kesurupan tenaga roh, lebih dari atau di luar pengalaman manusia biasa.

Pemraktekan tradisi penyusutan kepala sebagaimana ditemukan di beberapa kebudayaan, berasal dari sebuah kepercayaan animisme bahwa seorang musuh perang, jika rohnya tak terperangkap di kepala, dapat meloloskan diri dari tubuhnya dan, setelah roh itu berpindah ke tubuh lain, mengambil bentuk hewan pemangsa dan pembalasan setimpal.

Mistikme

Barangkali merupakan praktek kerohanian dan pengalaman, tetapi tidak harus bercampur dengan theisme atau lembaga agama lain yang ada di berbagai masyarakat. Pada dasarnya gerakan mistik termasuk Vedanta, Yoga, Buddhisme awal (lihat pula Kerajaan manusia), tradisi memuja Eleusis, perintah mistik Kristiani dan pengkhotbah seperti Meister Eckhart, dan keislaman Sufisme. Mereka memusatkan pada pengalaman tak terlukiskan, dan kesatuan dengan supranatural (lihat pencerahan, kekekalan). Dalam mistikme monotheis, pengalaman mistik memfokuskan kesatuan dengan Tuhan.

Politheisme

Konsep dewa sebagai makhluk yang sangat kuat kepandaiannya atau supernatural, kebanyakan dikhayalkan sebagai anthropomorfik atau zoomorfik, yang ingin disembah atau ditentramkan oleh manusia dan ada sejak permulaan sejarah, dan kemungkinan digambarkan pada kesenian Zaman Batu pula. Dalam masa sejarah, tatacara pengorbanan berevolusi menjadi adat agama berhala dipimpin oleh kependetaan (misal: agama Vedik, (pemraktekan kependetaan berkelanjutan dalam Hinduisme, yang namun telah mengembangkan teologi monotheis, seperti penyembahan berhala theisme monistik, Mesir, Yunani, Romawi dan Jerman). Dalam agama tersebut, manusia umumnya diciri-cirikan dengan kerendahan mutunya kepada dewa-dewa, kadang-kadang dicerminkan dalam masyarakat berhirarki diperintah yang oleh dinasti-dinasti yang menyatakan keturunan sifat ketuhanan/kedewaan. Dalam agama yang mempercayai reinkarnasi, terutama Hinduisme, tak ada batasan yang kedap di antara hewan, manusia, dan dewa, karena jiwa dapat berpindah di seputar spesies yang berbeda tanpa kehilangan identitasnya.

Monotheisme

Gagasan dari suatu Tuhan tunggal yang menggabungkan dan malampaui semua dewa-dewa kecil tampak berdiri sendiri dalam beberapa kebudayaan, kemungkinan terwujud pertama kali dalam bida’ah / klenik Akhenaten (lebih dikenal sebagai Henotheisme, tahap umum dalam kemunculan Monotheisme). Konsep dari kebaikan dan kejahatan dalam sebuah pengertian moral timbul sebagai sebuah konsekuensi Tuhan tunggal sebagai otoritas mutlak.

Dalam agama Yahudi, Tuhan adalah pusat dalam pemilihan orang Yahudi sebagai rakyat, dan dalam Kitab Suci Yahudi, takdir komunitas dan hubungannya dengan Tuhan mempunyai hak istimewa yang jelas (harus diutamakan) di atas takdir individu.

Kekristenan bertumbuh keluar dari agama Yahudi dengan menekankan takdir individual, khususnya setelah kematian, dan campur tangan pribadi Tuhan dengan adanya inkarnasi, yaitu dengan menjadi manusia selama sementara.

Islam, walaupun menolak kepercayaan kristiani untuk Tritunggal dan inkarnasi ketuhanan, sangatlah mirip dengan Kekristenan dalam melihat manusia sebagai wali/wakil dari Tuhan dan satu-satunya makhluk inkarnasi yang memiliki kehendak bebas (atau dapat berdosa) atau melakukan hal yang bertentangan dengan alam. Julukan yang diberikan kepada manusia dalam Islam adalah Bani Adam.

Dalam semua agama Abraham, manusia adalah penguasa, atau pengurus, di atas seluruh muka Bumi dan semua makhluk lain, sedikit lebih rendah daripada malaikat (lihat Rantaian Makhluk-Makhluk), dan memiliki moral hati nurani yang unik. Hinduisme, juga belakangan mengembangkan teologi monotheis seperti theisme monistik, yang berbeda dari pikiran Barat mengenai monotheis.

Agama monotheistik mempunyai kemiripan dalam kepercayaan bahwa umat manusia diciptakan oleh Tuhan, diikat oleh kewajiban kasih sayang, dan dirawat oleh pemeliharaan baik kaum / pihak ayah.

[sunting] Sang Individu

Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu.

Hati dan kesadaran

Pengalaman subyektif dari seorang individu berpusat di sekitar kesadarannya, kesadaran-diri atau pikiran, memperbolehkan adanya persepsi eksistensinya sendiri dan dari perjalanan waktu. Kesadaran memberikan naiknya persepsi akan kehendak bebas, meskipun beberapa percaya bahwa kehendak bebas sempurna adalah khayalan yang menyesatkan, dibatasi atau dilenyapkan oleh penentuan takdir atau sosial atau biologis. Hati manusia diperluas ke luar kesadaran, mencakup total aspek mental dan emosional individu. Ilmu pengetahuan psikologi mempelajari hati manusia (psike), khususnya alam bawah sadar (tak sadar). Praktek psikoanalisis yang dirancang oleh Sigmund Freud mencoba menyingkap bagian dari alam bawah sadar. Freud menyusun diri manusia menjadi Ego, Superego, dan Id. Carl Gustav Jung memperkenalkan pemikiran alam bawah sadar kolektif / bersama dan sebuah proses pengindividuan, menuangkan keragu-raguan untuk ketepatan pendefinisian individu ‘yang dapat diartikan’.

Emosi

Individu manusia terbuka terhadap emosi yang besar mempengaruhi keputusan serta tingkah laku mereka. Emosi menyenangkan seperti cinta atau sukacita bertentangan dengan emosi tak menyenangkan seperti kebencian, cemburu, iri hati atau sakit hati.

Seksualitas

Seksualitas manusia, di samping menjamin reproduksi, mempunyai fungsi sosial penting, membuat ikatan / pertalian dan hirarki di antara individu. Hasrat seksual dialami sebagai sebuah dorongan / keinginan badani, sering disertai dengan emosi kuat positif (seperti cinta atau luapan kegembiraan) dan negatif (seperti kecemburuan / iri hati atau kebencian).

Tubuh

penampilan fisik tubuh manusia adalah pusat kebudayaan dan kesenian. Dalam setiap kebudayaan manusia, orang gemar memperindah tubuhnya, dengan tato, kosmetik, pakaian, perhiasan atau ornamen serupa. Model rambut juga mempunyai pengertian kebudayaan penting. Kecantikan atau keburukan rupa adalah kesan kuat subyektif dari penampilan seseorang.

Kebutuhan individu terhadap makanan dan minuman teratur secara jelas tercermin dalam kebudayaan manusia (lihat pula ilmu makanan). Kegagalan mendapatkan makanan secara teratur akan berakibat rasa lapar dan pada akhirnya kelaparan (lihat juga malnutrisi).

Rata-rata waktu tidur (dengan nilai minimal) adalah 8 jam per hari untuk dewasa dan 10 jam untuk anak-anak. Orang yang lebih tua biasanya tidur selama 6 jam. Sudah umum, namun, dalam masyarakat modern bagi orang-orang untuk mendapat waktu tidur kurang dari yang mereka butuhkan.

Tubuh manusia diancam proses penuaan dan penyakit. Ilmu pengobatan adalah ilmu pengetahuan yang menelusuri metode penjagaan kesehatan tubuh.

Kelahiran dan kematian

Kehidupan subyektif individu berawal pada kelahirannya, atau dalam fase kehamilan terdahulu, selama janin berkembang di dalam tubuh ibu. Kemudian kehidupan berakhir dengan kematian individu. Kelahiran dan kematian sebagai peristiwa luar biasa yang membatasi kehidupan manusia, dapat mempunyai pengaruh hebat terhadap individu tersebut. Kesulitan selama melahirkan dapat berakibat trauma dan kemungkinan kematian dapat menyebabkan rasa keberatan (tak mudah) atau ketakutan (lihat pula pengalaman hampir meninggal). Upacara penguburan adalah ciri-ciri umum masyarakat manusia, sering diinspirasikan oleh kepercayaan akan adanya kehidupan setelah kematian. Adat kebiasaan warisan atau penyembahan nenek moyang dapat memperluas kehadiran sang individu di luar rentang usia fisiknya. (lihat kekekalan).

Masyarakat

Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan teknologi, pengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan interaksi antar manusia.

Bahasa

Kecakapan berpidato adalah sebuah unsur pendefinisian umat manusia, mungkin mendahului pemisahan populasi modern filogenetik (lihat Asal usul bahasa). Bahasa adalah pusat dari komunikasi antar manusia. Kata Yahudi untuk "binatang" (behemah) berarti "bisu", menggambarkan manusia sebagai "binatang berbicara" (kepandaian bercakap hewani). Bahasa adalah pusat dari sentuhan identitas ‘khas’ berbagai kebudayaan atau kesukuan dan sering diceritakan mempunyai status atau kekuatan supernatural (lihat Sihir / Gaib, Mantra, Vac). Penemuan sistem penulisan sekitar 5000 tahun lalu, yang memungkinkan pengabadian ucapan, merupakan langkah utama dalam evolusi kebudayaan. Ilmu pengetahuan Linguistik (ilmu bahasa) menjelaskan susunan bahasa, dan keterkaitan antara bahasa-bahasa berbeda. Diperkirakan ada 6000 bahasa yang diucapkan manusia saat ini. Manusia yang kekurangan kemampuan berkomunikasi melalui ucapan, umumnya bercakap-cakap menggunakan Bahasa Isyarat.

Agama

Dalam setiap kebudayaan manusia, kerohanian dan ritual mendapat ekspresi dalam bentuk tertentu. Elemen-elemen ini dapat menggabungkan secara penting pengalaman pribadi dengan pengalaman penyatuan dan komunal, seringkali membangkitkan emosi yang sangat kuat dan bahkan luapan kegembiraan. Kekuatan pengikat yang kuat dari pengalaman tertentu dapat kadang-kadang menimbulkan kefanatikan atau agresi kepada manusia lain yang tidak termasuk dalam kelompok agamanya, berakibat perpecahan atau bahkan perang. Teokrasi adalah masyarakat yang dibentuk secara dominan oleh agama, diperintah oleh pemimpin suci atau oleh seorang pemuka agama. Agama dapat pula berperilaku sebagai alat penyaluran dan pengaruh dari norma budaya dunia dan tingkah laku yang wajar dilakukan manusia.

Keluarga dan teman sepergaulan

Individu manusia dibiasakan untuk bertumbuh menjadi seorang pelengkap yang berjiwa kuat ke dalam suatu kelompok kecil, umumnya termasuk keluarga biologis terdekatnya, ibu, ayah dan saudara kandung.

Sebagai seorang pelengkap berjiwa kuat yang serupa dapat dikelirukan dengan suatu kelompok kecil yang sama, yaitu teman sepergaulan sebaya sang individu, umumnya berukuran antara sepuluh hingga dua puluh individu, kemungkinan berkaitan dengan ukuran optimal untuk gerombolan pemburu. Dinamika kelompok dan tekanan dari teman dapat mempengaruhi tingkah laku anggotanya.

Seorang individu akan mengembangkan perasaan kesetiaan yang kuat kepada kelompok tertentu. Kelakuan manusia yang wajar termasuk seringnya hubungan sosial, dinyatakan dalam obrolan / percakapan, dansa, menyanyi atau cerita (dikenal dengan curhat).

Suku, bangsa dan negara bagian

Kelompok manusia yang lebih besar dapat disatukan dengan gagasan kesamaan nenek moyang (suku, etnis) atau kesamaan fokus budaya atau materi (bangsa atau negara bagian), sering dibagi lebih lanjut menurut struktur kelas sosial dan hirarki. Sebuah suku dapat terdiri dari beberapa ratus individu, sementara negara bagian modern terbesar berisi lebih dari semilyar. Konflik kekerasan di antara kelompok-kelompok besar disebut peperangan. Kesetiaan / pengabdian untuk kelompok yang besar seperti ini disebut nasionalisme atau patriotisme. Dalam keekstriman, perasaan pengabdian terhadap sebuah lembaga atau kewenangan dapat mencapai keekstriman pathologi, yang berakibat hysteria massa (gangguan syaraf) atau fasisme.

Antropologi budaya menjelaskan masyarakat manusia yang berbeda-beda, dan sejarah mencatat interaksi mereka berikut kesuksesan yang dialami. Organisasi dan pemerintahan bentuk modern dijelaskan oleh Ilmu Politik dan Ekonomi.

Kebudayaan dan peradaban

Sebuah peradaban adalah sebuah masyarakat yang telah mencapai tingkat kerumitan tertentu, umumnya termasuk perkotaan dan pemerintahan berlembaga, agama, iptek, sastra serta filsafat. Perkotaan paling awal di dunia ditemukan di dekat rute perdagangan penting kira-kira 10.000 tahun lalu (Yeriko, Çatalhöyük). Kebudayaan manusia dan ekspresi seni mendahului peradaban dan dapat dilacak sampai ke palaeolithik (lukisan goa, arca Venus, tembikar / pecah belah dari tanah). Kemajuan pertanian memungkinkan transisi dari masyarakat pemburu dan pengumpul atau nomadik menjadi perkampungan menetap sejak Milenium ke-9 SM. Penjinakan hewan menjadi bagian penting dari kebudayaan manusia (anjing, domba, kambing, lembu). Dalam masa sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang bahkan lebih pesat (lihat Sejarah iptek).

Renungan diri

Umat manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya sendiri. Kecakapan manusia untuk mengintrospeksi diri, keinginan individu untuk menjelajahi lebih mengenai intisari diri mereka, tanpa terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan mengenai kondisi manusia merupakan pokok jenis manusia secara keseluruhan. Renungan diri adalah dasar dari filsafat dan telah ada sejak awal pencatatan sejarah. Artikel ini misalnya, karena ditulis oleh manusia, dengan sendirinya tak dapat luput dari contoh refleksi diri.

Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan. Kepercayaan ini khususnya sangat kuat dalam kebudayaan Barat, dan berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk. Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia, kita sering menganggap ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya kehidupan manusia (Dalam Kitab Suci Yahudi, misalnya, kekuasaan manusia dijanjikan dalam Kejadian 1:28, tetapi pengarang kitab Pengkhotbah meratapi kesia-siaan semua usaha manusia).

Ahli filsafat Yahudi, Protagoras telah membuat pernyataan terkenal bahwa "Manusia adalah ukuran dari segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu". Aristotle mendeskripsikan manusia sebagai "hewan komunal" (ζωον πολιτικον), yaitu menekankan pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia, dan "hewan dengan sapien" (ζωον λογον εχων, dasar rasionil hewan), istilah yang juga menginspirasikan taksonomi spesies, Homo sapiens.

Pandangan dunia dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang diciri-cirikan oleh dosa, dan tujuan hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir setelah kematian. Pencerahan / pewahyuan digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam perkataan Immanuel Kant, "Manusia dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran-dirinya, yang mana ia adalah 'hewan rasionil'". Pada awal abad ke-20, Sigmund Freud melancarkan serangan serius kepada positivisme mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang dikendalikan oleh pikiran bawah sadar.

Dari titik pandang ilmiah, Homo sapiens memang berada di antara spesies yang paling tersama-ratakan di Bumi, dan hanya ada sejumlah kecil spesies tunggal yang menduduki lingkungan beraneka-ragam sebanyak manusia. Rupa-rupa usaha telah dibuat untuk mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri kelakuan tunggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain, misal: Kemampuan untuk membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah lingkungan, bahasa dan perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa ahli antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini (pembuatan-perkakas dan bahasa) didasarkan pada kurang mudahnya mengamati proses mental yang kemungkinan unik di antara manusia: kemampuan berpikir secara simbolik, dalam hal abstrak atau secara logika. Adalah susah, namun, untuk tiba pada suatu kelompok atribut yang termasuk semua manusia, dan hanya manusia, dan harapan untuk menemukan ciri-ciri unik manusia yang adalah masalah dari renungan-diri manusia lebih daripada suatu masalah zoologi.